Pages

Subscribe:

Senin, 06 Februari 2012

CERITA PENDEK (ASA)


Asa
              
            Memandang indah nya sang bintang. Menatap penuh harapan. Berharap ada keajaiban kan datang kepadaku. Masa depanku masih panjang. Berharap kan lebih baik dari masa lalu.
Terdiam ku terdiam. Merenung dan berfikir. Apa yang akan aku tulis. Kebingungan melanda. Tak seperti biasanya yang dengan mudah ku buat karya-karya yang indah. Berfikir keras. “huh…ada apa denganku hari ini” keluhku. Kutenangkan hati dan fikiranku sejenak. Mungkin akan mempermudahku membuat berfikir.

Ya .. aku adalah seorang penulis. Mahasiswi jurusan seni. Senang menggeluti dunia seni apa lagi menulis. Aku sudah menghasilkan banyak karya. Tak sedikit pula yang sudah dipublikasikan.
“Sa..!” suara lirih mendekat kearahku. Ya.. Asa Kartika, itulah namaku. Teman   temanku sering memenggilku Asa.
Ku toleh kebelakang ternyata sahabatku Dinda yang memanggilku.
Ada apa din?” tanyaku
Ada kabar baik!”jawabnya
“apa?apa?” ku jawab dengan penasaran.
“salah satu karyamu diterbitkan lagi di majalah”
“benarkah ?? alhamdulillah”
“aku ikut senang!” jawabnya
“makasih din !”
Dinda adalah sahabatku sejak SMP. Semua hal kulakukan bersamanya. Apa apa selalu sama. Tapi hal itu sekarang berubah. Semenjak Dinda memiliki seorang kekasih. Kemana-mana slalu bertiga. Awalnya senua berjalan baik. Kemana mana bertiga. Tapi lama kelamaan Dinda semakin mejauh dariku. Mungkin dia tidak mau ku ganggu saat saat bersama kekasihnya. Yha .. aku maklum. Namanya juga orang sedang jatuh cinta.
Tetapi berbeda denganku. Tak sedikitpun terbesit di benakku untuk memiliki seorang kekasih bahkan suami. Sebenarnya ayah dan ibuku pun sudah bertanya tanya kepadaku kapan aku segera menikah. Yha … memang mereka inginkan aku segera menikah. Mengingat umurku yang sudah tidak muda lagi.
“nduk!!” panggilan ibu yang ditujukan padaku.
“ada apa bu?”
“ibu mau nomong nduk!”
Dengan wajah penasaran ku jawab “ngomong tetang apa bu ?”
“kapan kamu mau menikah nduk ?” dengan wajah berharap.
“hmm.. bu, aku masih belum mau menikah! Aku masih senang bergelut dengan pekerjaanku ini bu !” jawabku dengan bingung.
“ibu tau nduk! Tapi apa tidak sebaiknya jika kamu mempunyai seorang suami to? Ibu juga sudah kepingin nimang cucu nduk !” jawab ibu tegas.
Aku hanya terdiam, memandang wajah ibupun aku tak berani. Aku takut ibu  kecewa kepadaku!. Sesekali aku berfikir tentang hal itu. Ingin rasanya membahagiakan orang tuaku. Tapi apa daya. Aku belum tertarik dengan yang namanya ‘menikah’. Aku masih senang bergelut dengan dunia seni. Aku masih senang hidup sendiri. Dan alasan lain, yang paling penting adalah aku mengidap sakit asma angkut. Kata dokter hidupku sudah tak lama lagi. Memang sih .. dokter tidak bisa menentukan hidup kita. Hanya Allah yang tau kapan takdir kita mati. Aku hanya pasrah menghadapinya. Ku jalani hidupku seperti biasa. Seperti tidak terjadi apa apa dalam hidupku. Tetap semangat dan terus semangat.
Pada suatu hari, aku berkunjung ke sebuah toko buku dekat kampusku. Saat itu aku sedang melihat lihat buku untuk bahan tambahan tugas kuliahku. Pada saat itu juga aku bertemu dengan seorang lelaki. Yang parasnya tampan, tinggi, putih, rambut sedikit ikal. Hmm.. tak tahu kenapa pada saat itu juga jantungku berdetak lebih cepat. “duh.. ada apa sih ini, ada apa sih denganku ini ?” suaraku dalam hati.Pada saat itu juga laki-laki itu mengajakku berkenalan. Entah ada angin apa aku juga tak tahu. Aku pun menanggapinya. “haha… aneh banget sih!” suaraku lagi dalam hati.
Sejak saat itu aku sering berkomunikasi dengannya dan tak jarang juga aku jalan bareng dengannya. Hari- hari ku lewati dengannya. Tanpa kusadari ternayata aku sudah jadian dengannya. Aku sendiripun bingung. “haha.. tak kusangka!” seruku.
Hari itu aku ada janji dngan Bang Harlan. Yha … aku memenggilnya Bang Harlan. Aku dan Bang Harlan pergi ke toko buku, Bang Harlan sedang mencari buku untuk tambahan tugas kuliahnya. Setelah itu aku dan Bang Harlan mencari tempat makan. Karena kita berdua udah laper banget. Tak tau kenapa setelah makan aku merasa mual. Lalu aku bilang ke Bang Harlan aku mau ke kamar kecil dulu. Waktu di kamar mandi aku muntah darah. Dan tiba tiba seluruh ruangan menjadi putih.
Setelah aku sadar, aku tak tahu aku berada dimana. Di sebelahku sudah ada Bang Harlan yang menemaniku.
“Bang sekarang aku ini ada dimana ?”tanyaku
“Kamu sedang ddi rumah sakit adikku sayang!”jawabnya
“Aku kenapa Bang?”
“kamu tadi pingsan sewaktu kamu ke kamar kecil”
“Aku gak papa kan Bang ?”
“Kamu gak papa kok! Alhamdulillah!”
Sejak saat itu, aku hanya terdiam terbaring lemah di atas tempat tidur. Tetapi Bang Harlan slalu menemaniku. Jadi aku tak perlu khawatir lagi. Karena masih ada yang merawatku. Pada saat itu orang tuaku tidak sedang berada di rumah. Mereka sedang pergi keluar kota. Sengaja aku tak memberitahu orang tuaku. Aku takut mereka khawatir. Cukup Bang Harlan saja yang tahu.
Saat Bang Harlan sedang kuliah aku sendirian berada di raung pavilion.Hari itu Aku merasa seakan akan ajal akan menjemputku. Dengan menahan rasa sakit aku sempatkan menulis surat dan yang akhirnya ku masukkan ke sebuah amplop:
Isi surat :
“Jika hari ini, esok, ataupun hari hari yang akan datang aku tlah tiada, meninggalkan dunia yang fana ini. Aku harap jangan ada yang menangisi kepergianku ini. Tangisanmu sama dengan siksa kubur bagiku. Tersenyumlah saat aku tlah tiada, karena senyummu adalah selamat bagiku. Dan pesan untuk orang tuaku maafkan anakmu ini yang sampai saat ini belum bisa memenuhi keinginanmu. Maaf maaf maaf. Hanya kata itu yang bisa kuucapkan. Aku harap semua bisa menerima kenyataan ini.”






                                     By : Fitria Rizki Ramadhani
    

Tidak ada komentar: